Selasa, 17 April 2012

KARAKTER, DAHSYAT!

Akhir-akhir ini dunia pendidikan kita marak dengan yang namanya karakter. Lebih tepatnya Pendidikan karakter. Kenapa pemerintah khususnya lewat tangan Departmen Pendidikan Nasional demikian peduli terhadapnya? karena ternyata, krisis multidimensi yang terjadi di negeri tercinta kita ini bermula dari individu yang tidak mempunyai karakter. Kok bisa? bukankah karakter itu melekat dalam diri setiap orang? yap, dan itu bisa positif bisa negatif. Tetapi karakter adalah hal yang positif yang sebenarnya dimiliki secara naluriah, secara alamiah oleh setiap individu. Maka pendidikanlah, pembimbinganlah yang membuatnya  berkembang dan terbentuk. Itu kata Aristotelles.Sedangkan kata Socrates bsebenarnya dalam diri setiap orang ada bayi moral (karakter) yang minta untuk dilahirkan, tugas pendidikan adalah membantu melahirkannya. 

Darimana mulainya biar karakter itu bisa terbentuk? bacalah baik-baik apa yang ditulis oleh Samuel Smiles seorang penulis hebat itu:

 Taburkanlah suatu pikiran, maka kamu akan menuai perbuatan, taburkanlah suatu perbuatan maka kamu akan menuai kebiasaan, taburkanlah kebiasaan maka kamu akan menuai karakter dan taburkanlah karakter maka kamu akan menuai takdir!

Alurnya begitu sob, dari fikiran ke perbuatan, dari perbuatan ke kebiasaan, dari kebiasaan ke karakter dari karakter ke Takdir! dahsyat karakter bisa sampai ke takdir ternyata.
Bicara karakter, tak akan lepas dari kebiasaan. Kita akan menjadi apa yang berulang-ulang kita lakukan. Tergantung kebiasaan apa, kita bisa sukses atau hancur gara-gara kebiasaan kita. Untungnya kamu lebih kuat dari kebiasaan-kebiasaanmu itu.Oleh kaarenanya kamu bisa merubah dirimu dan orang lain. Umpamanya cobalah melipat lenganmu. lalu cobalah melipat dengan terbalik. Bagaimana rasanya? aneh kan? tetapi kalau kamu melipatnya secara terbalik selama 30 hari berturut-turut (ngapain juga ya...) takkan terasa aneh lagi deh. Bahkan kamju ga usah memikirkannya lagi. sudah jadi kebiasaan.

segitu dulu, see next time, about apa itu kebiasaan?

Minggu, 15 April 2012

MENDIDIK ANAK DENGAN CERDAS

Salah satu peran wanita yang tak terbantahkan adalah mendidik anak. Tugas ini tidak hanya bagi wanita yang membaktikan diri menjadi ibu rumah tangga, tetapi juga mereka yang memilih berkarir. Bagi keluarga dengan ayah dan ibu bekerja tentu tampak lebih sulit me-manage pendidikan anak sesuai kondisi ideal yang diharapkan. Lalu apa rahasia keluarga terutama wanita yang meski bekerja namun berhasil mendidik anak mereka?
Ternyata, para wanita sukses ini menerapkan strategi jitu berikut ini:

Pertama, mengatur waktu, emosi dan energi dengan baik. Keterbatasan waktu bertemu anak-anak disiasati dengan menjadikannya pertemuan yang berkualitas. Meski energi sudah terkuras untuk bekerja, seorang ibu harus tetap semangat ketika berinteraksi dengan keluarga. Buang segala beban dan emosi terkait pekerjaan kantor, dan jadikan pertemuan dengan anak dan keluarga sebagai sarana mendapatkan energi baru.

Kedua, Membuat peraturan yang jelas buat anak. Banyak orang tua mengeluhkan anaknya tidak patuh dan nakal. Kenyataannya itu disebabkan oleh ketidakjelasan aturan. Namun perlu diingat peraturan itu harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak, bukan atas dasar keinginan dan kebutuhan orang tua.

Contoh, kebutuhan anak usia enam tahun adalah bermain. Maka orang tua harus memberinya kesempatan yang cukup untuk itu. Jika aturan dibuat dengan membandingkannya dengan anak usia 7-8 tahun, dia akan bersikap resisten (menolak) melalui perilaku yang tidak diinginkan seperti menyepelekan, merajuk, dsb.

Ketiga, Koordinasi dan kesepahaman dengan pasangan dalam menangani anak sesuai peraturan yang disepakati. Bila salahsatu orang tua bersikap longgar, maka akan berdampak pada sikap anak. Mereka akan milih berinteraksi  dengan orang yang dianggapnya memberi "keuntungan" untuknya.